SENDANG AYU
Sragen itulah desaku,desa yang begitu cantik ketika terik matahari mulai bermunculan, tak lupa suara kokok ayampun menyambut warganya yang masih terlelap dalam mimpi untuk bergegas menuju syuro’ untuk melaksanakan sholat subuh berjama’ah.
Simbok yang sedari tadi telah selesai menggoreng singkong langsung menyuruh kami mencicipinya,
“ayoo ndok, makan singkongnya dulu” triak simbok sambil menggelar Tikar.
Sementara aku yang masih memoles bibir dengan lipstik murahan berlenggak lenggok didepan cermin yang manggantung di dinding gedhek memastikan diri telah cantik dan pantas untuk menari jaipong di desa sebelah,
Tari jaipong adalah salah satu tradisi ketika ada hajatan, slametan atau sebagai sarana hiburan untuk memperingati hari hari besar seperti 17an, malam satu suro dan lainnya, di desaku, aku adalah satu satunya gadis yang bisa menari jaipong, maka tak jarang ketika ada hajatan atau apapun aku selalu diundang untuk menghibur warga,
Tak lama kemudian aku keluar untuk memakan singkong yang sudah disiapkan,
“kalo mbak menik pergi , kita gagal kehutan ?” Cletuk Menok cah ayu adik bungsuku sambil mengerutkan keningnya
“nanti siang setelah selesai kita kehutan” jawabku lembut
Lalu simbok menyuruhku berangkat agar tidak kesiangan
“Assalamu’alaikum” tutupku sambil mencium tangan simbok
Setiba disana semua warga menyambutku dengan suka cita bak bertemu artis pujaannya, dan langsung memainkan gamelan, itu tandanya aku harus segera siap menari melenggak lenggokkan badanku untuk menghibur warga ,
Tak jarang ketika sedang menari banyak bapak bapak bahkan sampai anak kecil menyawerku dengan lembaran uang lecek yang mereka punya,
Tapi kali ini ada tatapan beda dari seorang penyawer, ia adalah mas Jo yang terkenal pemabuk dan suka mengawini perempuan mencoba menyawerku dengan lembaran uang baru dan meminta agar diperbolehkan menyentuhku dengan semaunya,
“jangan mas” ucapku dengan nada medok lembut,
Namun mas jo tetap saja mendekati dan mencoba menyentuhku,
Kemudian tarianku semakin lama semakin mundur kebelakang, dan akhirnya musik pun terhenti, itu tandanya tarianku sudah selesai dan aku diperbolehkan istirahat dan pulang,
“Alhamdulillah” gumamku dalam hati, kerana akhirnya tidak disentuh oleh mas jo yang dalam keadaan mabuk berat,
Lalu aku dipanggil Lek Kimin yang mempunyai hajat untuk makan dan menerima bayaran, tak lama kemudian setelah selesai urusan ku, aku bergegas pamitan pulang karena sudah janji untuk pergi ke hutan bersama menok cah ayuku,
Tak disangka ketika ingin pulang aku kembali papasan dengan mas Jo yang bersi kekeh mencoba untuk menyentuhku, sekita aku membentak
“MAS JO ! MINGGIR AKU MAU LEWAT”
Dengan tatapan sinis mas jo pun mempersilahkan aku lewat,
“Yesss akhirnya aku bisa bebas dari pemabuk itu” gumamku dalam hati kegirangan,
Siangnya seusai menari aku dan menok siap-siap pergi ke hutan mencari kayu, bagi kami mencari kayu adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak karena ,mereka bisa bermain cangkok (buah dari pohon karet), bermain bola voly yang dibuat dari getah karet, ataupun bermain petak umpet dihutan,
Lalu menok pun datang dan kami bergegas untuk ke hutan agar lekas balik sebelum magrib,
Untuk menuju kehutan kami pun harus melewati sendang yang biasa digunakan warga desa untuk mandi, mencuci, bahkan untuk diolah dan dijadikan air minum,
Setiba di sendang kamipun disambut bebatuan besar yang diantara gemericiknya nyanyian air ada anak anak yang kegirangan dimandikan emaknya,
Lagi lagi aku dikagetkan dengan keberadaan mas jo yang tiba-tiba ada di sendang , panikku bukan main ketika mas Jo menatapku dengan sinis, namun aku mencoba tenang dan tak perlu khawatir karena ada kekuatan “the power of emak-emak” disendang. Hehehe
Sesampai dihutan kamipun disambut anak-anak yang sedang menggembala kambing berlarian, dan akhirnya menok pun ikut bermain bersama mereka, sedangkan aku mencari kayu, dan seketika mas jo memanggilku
“Eh Menik,,,,,, Muka ku yang langsung merah ketakuakan karena ternyata mas jo mengikutiku sampai disini, aku langsung melayangkan kayu ke muka mas Jo,
Hallah mleset………………………………………………………………………..
Lemparanku malah sampai di kepala ular lariangon yang sedang memadu kasih dibawah pohon karet, Ah Sial !
Dan akhirnya tanganku berhasil digenggam erat oleh mas Jo, namun tiba-tiba hujan turun lebat disertai angin kencang, dan aku tetap tak bisa melarikan diri dari genggamannya mas jo, dan akhirnya aku dibawa ke gua yang ada dihutan, dengan bibir gua yang berukuran lima kali lima meter,
Aku menangis sejadi-jadinya karena meninggalkan menok yang entah dimana dan berteriak minta tolong,
Semua teriakanku percuma dan sia-sia karena aku sedang berada digua tengah hutan, dan entah mengapa semakin lama bibir gua pun semakin gelap dan mas jo pun semakin mendekati tubuhku tanpa ragu,
“Mas Jo tolong jangan lakukan apa-apa terhadapku” ucapku berulang-ulang
Sembari berdoa semoga ada mukzizat untuk semua ini,
Tak lama kemudian, bibir gua pun tertutup penuh dan akhirnya mas jo melepaskan aku dari dekapannya, dan mengambil kayu yang telah dilancipi untuk mematoki bibir gua dengan perlahan,
“Elahdalahhhhh bibir ular jebule” Teriak mas Jo
Dengan tenaga yang extra melebihi chris Jon, akhirnya mas jo mampu membunuh Ular tersebut, dan kami berdua bisa keluar dari gua, dan jalan menuju Rumah,
Selama perjalanan aku masih menangis,
Sesampainya disendang mas jo meminta maaf kerana sudah membuat ku ketakutan hingga terkurung ular, dan akhirnya mas Jo mengantarkan aku sampe rumah untuk menemui orang tuaku dan meminta maaf karena sudah membuatku ketakutan, dan akhirnya kami memafkan mas jo dan melupakan semua kejadian tadi, karena melihat kesungguhan mas jo meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi,
Keesokan harinya, ketika aku bersiap siap mengantar menok ke sekolah,tiba tiba mas jo sudah nangkring dimotor depan rumah dan meminta mengantarkan menok untuk menebus rasa bersalahnya,
Dan sekita menok pun menjab “Aku gelem”….
Sudah menjelang magrib menok pun tak kunjung pulang,hingga akhirnya aku menanyakan keteman temanya namun tak ada satupun yang melihat kemana menok, dan tiba tiba ada emak ijah datang menghampiriku dengan Raut wajah yang panik dan mengatakan dengan gugup
“anu ndok anu”…….
“anu apa mak?” tanyaku kebingungan
“men… men…. menok di sendang”
Bak pesawat jat tanpa sepatah katapun aku lari menuju sendang untuk mencari menok,dan setibanya disendang
JAHANAM KAU MAS JO ! teriakku melihat adik bungsuku menok tergeletak tak bernyawa dan tanpa sehelai baju,
Aku dan dibantu warga menggendong jenazah menok untuk membawa kerumah agar segera dimandikan dan di kubur,
Hatiku remuk, ajur, babak belur, dan ingin membalas kebiadaban mas jo, yang memperkosa dan membuat adikku menok meninggal, tanpa peduli apapun aku langsung mencari keberadaan mas jo untuk mencari perhitungan dan keadilan yang seadil adilnya,
Setelah berhari hari aku tak juga menemukan mas jo, sialan ! aku kehilangan jejak pemabok biadab itu,
Dan akhirnya aku pergi ke sendang untuk mengingat peristiwa cah ayuku menok, dan Seketika aku dikagetkan dengan sesosok mas jo yang sudah tak bernyawa
berlumuran darah dan terlilit lilit oleh ular yang berukuran raksasa,
Akupun sedikit merasa tenang karena melihat mas jo tak bernyawa lagi, seakan akan kematian cah ayuku menok terbayarkan dengan jahanam pula.
_Ainndriani__
_Ainndriani__
Komentar
Posting Komentar